"Selamat datang di myblog, gali ilmu demi masa depan"

Kamis, 22 Oktober 2009

Fisika Udah ada sejak dahulu kala.....

| 4 comments ]

Baghdad Battery merupakan salah satu artifak kuno yang paling membingungkan para ilmuwan maupun arkeolog. Pada tahun 1930 silam ,pada sebidang makam kuno di luar Bagdad (Khujut Rabula), beberapa arkeolog yang melakukan penggalian disana menemukan sebuah artifak yang diduga merupakan satu set baterai kimia yang usianya telah mencapai 2000 tahun lebih.

Arifak aneh tersebut terdiri atas sebuah silinder tembaga, batang besi serta aspal yang disusun sedemikian rupa dalam sebuah jambangan kecil (tinggi 14 cm, diameter 8 cm) yang terbuat dari tanah liat. Setelah para ahli merekaulang memang benar didapati bahwa artifak tsb merupakan sebuah baterai elektrik kuno.

Para peneliti berhasil memperoleh 1.5 voltmeter dari artifak batu baterai elektrik tsb, yang bekerja nonstop selama 18 hari dengan cara memasukkan cairan asam kedalam jambangannya.


Usia artifak baterai kuno ini diperkirakan berkisar 2.000 - 5.000 tahun, jauh sebelum Alessandro Volta (Italia) membuat baterai pertama kali pada tahun 1800 serta Michael Faraday (Inggris) menemukan induksi elektromagnetik dan hukum elektrolisis pada 1831 yang jarak penemuannya hingga kini mencapai sekitar 200 tahun lebih.

Temuan ini tentunya dapat merubah pandangan manusia masa kini akan kemajuan teknologi yang telah dicapai oleh peradaban manusia masa lalu. Nampaknya, aktifitas elektrik telah dikenal oleh manusia pada masa-masa itu. Tidak hanya bagdad battery saja yang menarik perhatian para ilmuan maupun arkeolog di seluruh dunia, namun terdapat beberapa artifak serupa yang diduga juga sebagai peralatan elektrik masa silam, seperti Dendeera Lamps, Assyrian Seal, maupun The coffin of Henettawy. Sebenarnya Dendeera lamps ini merupakan sebuah relief disebuah temple di Mesir yang menggambarkan seorang Pharaoh sedang menggenggam sebuah benda mirip dengan bola lampu lengkap dengan penggambaran kabel beserta catu dayanya.

Jumat, 09 Oktober 2009


Pustaka Wilayah Soeman HS - Pustaka Riau Termegah

Pustaka Wilayah Riau atau dulunya juga dikenal dengan pustaka Soeman HS (mungkin sekarang juga masih itu namanya). Nampaknya di Riau ini ada trend memberi nama suatu lembaga dengan nama pahlawan atau nama orang legendaris. Seperti nama pustaka ini, Soeman Hasibuan (HS) adalah seorang sastrawan legendaris dari Riau. Tak hanya pustaka wilayah, Anjungan Seni Idrus Tintin (nama seniman Riau), UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Bandara Sultan Syarif Kasim II, Jembatan Siak yang bernama Sultanah Latifah (semua dari nama pahlawan).


Terlepas dari itu semua Pustaka daerah Riau ini memang sangat megah, mungkin pustaka in akan menjadi salah satu landmark Provinsi Riau yang tentunya harus bersaing dengan bangunan megah lainnya seperti Masjid Agung An-Nur, Anjungan Seni Idrus Tintin dan Gedung Pemerintahan 9 lantai Provinsi Riau yang dibangun dalam waktu bersamaan dengan pustaka ini.

Untuk membangun pustaka megah ini tidak sedikit APBD Riau disalurkan, ya ini tidak lepas dari komitmen Riau untuk mengentaskan buta huruf dengan membangun monument pustaka yang mirip dengan buku, lihat saja foto disamping bangunan ini dideseain mirip dengan buku yang dibuka. Semoga Pustaka wilayah Riau ini benar-benar jadi lambang pengentasan buta aksara di Riau.


Gempa di Sumatera Barat dan sekitarnya yang terjadi pada pukul 17:16 WIB (meskipun dan padahal beberapa berita menyebutnya pada pukul 17:15 WIB) oleh beberapa orang dihubungkan dengan surah Al-Isra ayat ke-16: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

Apa perasaan Anda setelah membaca terjemahan ayat tersebut? Jujur saja saya memang terkejut. Terlepas dari kebenaran tentang korelasi gempa dengan ayat di atas, tapi memang kondisi negeri ini sedemikian “kompleks” (baca: semrawut). Sistem ekonomi yang ada membuat ketimpangan semakin luar biasa kacau. Mereka yang mengaku sebagai “wakil rakyat” berkelakuan semakin menjadi-jadi, bahkan di saat-saat terakhir habisnya masa jabatan mereka